Najamuddin, yang juga menjadi anggota Komisi II DPRD Luwu Timur, mengelilingi area pameran dengan penuh antusias. Fokusnya tertuju pada keris dan mencoba beberapa model songkok recca. Namun, tidak ada yang pas untuk ukuran kepalanya.
Menurut Najamuddin, pameran ini sangat menarik, namun ada satu hal yang dianggapnya kurang. Ia berpendapat bahwa foto-foto Malili Tempodoloe (zaman dulu) seharusnya juga ditampilkan atau dipajang di pameran tersebut, terutama di Kantor Perpustakaan.
“Seharusnya foto Malili Tempodoloe ditampilkan atau dipajang juga di sini. Di Kantor Perpustakaan banyak,” ucap Najamuddin sambil mengamati karya seni lukis yang dipajang.
Menurutnya, foto-foto tersebut dapat membawa orang kembali ke masa lalu, mengingatkan pada kenangan yang dapat membuat seseorang tersenyum sendiri atau berbagi cerita tentang masa itu.
“Jadi saya kira hanya ini saja yang perlu dibenahi. Ke depan, foto Malili Tempodoloe dipasang. Bapak Kadis Perpustakaan, ayolah perhatikan ini,” tambahnya.
Meskipun demikian, Najamuddin tetap memberikan apresiasi terhadap pameran ini yang dianggap berhasil menghibur masyarakat. Selain itu, pameran ini memberikan pelajaran kepada masyarakat tentang kearifan lokal dan keuletan masyarakat Tana Luwu. Upaya untuk melestarikan, mengembangkan, dan memperkenalkan seni budaya serta benda-benda bersejarah ini patut diapresiasi dan didukung sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas yang harus dijaga.
Tinggalkan Balasan