Keluhan Pelayanan Puskesmas Malili Kabupaten Luwu Timur Memantik Kontroversi

BERITALUTIM.COM – Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Malili, Kabupaten Luwu Timur, mendapat sorotan tajam setelah seorang warga, Anita, mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap pelayanan di puskesmas tersebut.

Kekecewaan tersebut muncul setelah pengalaman malam Minggu saat Anita membawa anaknya, Gadiza Febryanti, ke Unit Gawat Darurat (UGD) pada pukul 20.46.

Sampai di UGD, sang warga mengisahkan bahwa perawat segera menyuruhnya mendaftar, dan anaknya diperiksa oleh seorang dokter laki-laki yang tengah piket. Setelah pemeriksaan, anaknya diberikan resep obat yang harus diambil di apotik. Selanjutnya, mereka diminta minum obat antasida dan omeprasole.

Namun, kejadian menarik terjadi ketika teman anak sang pengadu datang menjenguk. Teman tersebut berusaha menghibur anak yang sedang sakit dengan bercanda dan tertawa. Ternyata, dokter dan perawat yang bergantian shift tampak memperhatikan dengan seksama obrolan teman anak tersebut.

“Waktu teman anakku datang menjenguk, dokter pergantian shift datang tanpa saya sadari. Ternyata dokter dan perawat itu memperhatikan teman anak saya yang sedang bercerita,” ungkap sang warga.

Beberapa saat setelah teman anak tersebut pulang, anak sang pengadu mengeluhkan sakit di dada yang menembus belakangnya, sambil menangis dan mengatakan bahwa dia merasa sangat sakit. Sang warga pun langsung menghampiri perawat yang lewat dan bertanya apakah anaknya diberi sesuatu saat teman anaknya datang.

“Perawat itu menjawab, ‘Itu semua Bu, yang dua macam obat tadi.’ Kemudian perawat tersebut mendatangi dokter dan menceritakan bahwa teman anak tersebut sebelumnya sehat-sehat saja, namun tiba-tiba merasa sakit setelah pulang,” tutur sang warga.

Anita menilai soal pernyataan Kepala PKM Malili yang membantah soal adanya perkataan dokter dan perawat saat itu. Menurutnya, dokter dan perawat hanya memberikan edukasi kepada pasien agar pola makannya diatur, hanya sebagai pembelaan belaka.

“Banyak pasien yang mendengar dokter dan perawat mengatakan bahwa teman yang sehat saat pulang bisa sakit lagi. Bahkan, anak saya hanya disarankan untuk makan, padahal sudah muntah-muntah,” jelas Anita.

Ia yakin bahwa pernyataan dokter dan perawat tersebut benar, merasa tidak dihargai, dan mengungkapkan kekesalannya.

“Saya bersaksi. Ketika saya emosi dan menanyakan nyeri perut anak saya, dokter dan perawat hanya duduk tanpa melakukan pemeriksaan, berbeda dengan Dokter Hadi yang biasanya langsung memeriksa anak saya,” tandas Anita.

Sebelumnya : https://beritalutim.com/dokter-dan-perawat-dituding-abaikan-keluhan-kepala-puskesmas-bantah-tudingan/

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini