Dewan Soalkan Danau Matano Yang Tercemar Diduga Akibat Aktivitas Pertambangan

BERITALUTIM.COM – Wakil Ketua II DPRD Luwu Timur, Usman Sadik mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) melakukan investigasi soal pencemaran Danau Matano yang diduga bersumber dari aktivitas pertambangan PT Vale Indonesia.

Menurut Usman, Danau Matano sendiri adalah salah satu destinasi Wisata di Kabupaten Luwu Timur dan juga merupakan danau purba.

“Pencemaran lumpur ini berbahaya bagi ikan endemik danau Matano, kemudian danau Matano itu sudah menjadi destinasi wisata, danau purba, dan sudah ditetapkan sebagai desa wisata,” kata Usman Sadik

Sehingga, Usman meminta kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Timur untuk mencari lembaga lingkungan yang kompeten untuk melakukan investigasi penyebab terjadinya pencemaran

“Saya minta DLH turunkan lembaga lingkungan yang kompeten untuk menelusuri terindikasi pencemaran Danau Matano yang disinyalir sudah ada endapan Lumpurnya,” Kata Legislator PAN ini.

Usman juga menegaskan jika sampai pencemaran tersebut terbukti akibat dari aktivitas pertambangan, pihaknya akan meminta DLH dan ESDM untuk mengambil sikap.

“Disisi lain, kita minta pihak perusahaan bertanggung jawaban atas dampak lingkungan yang dilahirkannya,” ujar Usman.

Tidak hanya Danau Matano, Usman Sadik juga meminta DLH untuk turun mengidentifikasi mendetifikasi apakah ada pencemaran limbah dari tumpahan sedimen yang juga diduga dari aktivitas pertambangan PT Vale ke sungai Lamangka hingga mengalir ke Danau Mahalona.

“Ini perlu keseriusan pemerintah, bukan hanya sungai yang keruh melainkan ikan endemik danau juga ikut terkena resiko pencemaran,” kata dia.

Sementara itu, pihak manajemen PT Vale Bayu Aji mengaku telah melakukan mitigasi atas insiden limpasan air yang membuat air danau menjadi keruh.

Insiden tersebut terjadi karena adanya limpasan air permukaan yang berasal dari daerah Langolia melalui GFS, drainase masyarakat dan dibuang ke Tanjung Sorowako Lama (Danau Matano). Demikian Kata Bayu Aji Manajemen PT Vale, Senin ( 05/06/2023) lalu.

Menurut Bayu Aji, Kondisi ini terjadi setelah intensitas curah hujan yang tinggi selama dua hari berturut-turut di daerah tangkapan air di area Langolia (Sorowako).

Setelah dilakukan pengecekan di lapangan disimpulkan bahwa potensi sumber kekeruhan bukan berasal dari area pertambangan Konde sesuai dengan kunjungan gabungan dan sesuai dengan sampel kekeruhan di area kolam Langolia.” Ungkap Bayu Aji.

Atas kondisi tersebut akan dilakukan investigasi lebih lanjut berdasarkan pelacakan aliran sungai, selain itu telah dilakukan pengambilan sampel air pada aliran limpasan air permukaan. Serta melalukan pemeriksaan kondisi parit perimeter dan drainase Konde untuk memastikan penyebab yang terjadi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini