Cerita Perawat Lutim Berjuang di Wamena Papua, Demi Biaya Kuliah Adiknya
BERITALUTIM.COM,MALILI — Salah seorang warga Desa Ledu – Ledu, di Kecamatan Wasuponda Anastasa (27), yang saat ini berada di Wamena Papua, meceritakan kisanya kenapa dirinya memilih merantau ke sana.
Apalagi Wamena papua, sudah diberitakan diberbagai media di Indonesia bahwa kondisi Wamena sendiri memanas hingga ada pembakaran rumah warga.
Anastasia sendiri adalah mantan perawat dari RSUD I Lagaligo Wotu pada tahun 2014, dan bekerja di RSUD selama 4 Tahun lamanya.
Akibat status Anastasia di RSUD I Lagilgo sebagai tenaga sukarela, sehingga dirinya memutuskan untuk ke Wamena Papua pada tahun 2018, untuk mencari kerja.
Anastasa menjelaskan, kepada media melalui Via telfon, Minggu (06/10/19) bahwa ia memutuskan kan ke Wamena akibat kebutuhan ia dan keluarganya semakin menigkat, apalagi adik Anastasia saat ini sedang kuliah.
“Saya memutuskan untuk merantau ke Papua, karena adik bungsu saya sudah menuntut ilmu di jenjang perkuliahan, sedangkan saya masih berstatus tenaga Sukarela waktu itu, untuk memenuhi kebutuhan kuliah adik saya waktu itu saya kemudian meminta Resain dari rumah sakit dan memilih merantau ke tanah Papua tepatnya di kota Wamena,” ungkapnya.
Setiba di Wamena awalnya saya bekerja di Apotik tapi hanya 29 hari saja karena saya kemudian mendapat panggilan kerja di Klinik Advent Wamena, disitu dirinya bekerja kurang lebih 5 bln karena waktu itu ia sempat kembali ke Sulawesi untuk mengikuti ujian Kompetensi Untuk Frofesi NERS (UKOM).
Kemudian beberapa bulan Anastasia kembali ke Wamena karena dipanggil untuk kerja di Klinik Bhayangkara Polres Jayawijaya, dengan status menggantikan pegawai klinik yang sedang hamil selama 2 bulan.
Setelah itu, kata Anastasia, ia juga berkesempatan kerja mengikuti Satgas dengan kontrak 10 bulan yang di mulai bulan Maret 2019 lalu.
“Awal penepatan kerja saya di distrik Panaga berhubung karena akses jalan pada saat itu kurang baik ,saya dan team kemudian dipindahkan lagi ke distrik Bolubur selama 2 bulan, lalu Setelah itu dipindahkan lagi ke distrik Geya,”ujarnya.
Sampai pada saat ini , kata Anstasia, waktu itu senin 23 -september-2019 sebelum terjadi kekacauan di wamena ia bersiap – bersiap untuk kembali kedistrik tapi saat itu sudah tidak sempat lagi, karena kondisi wamena yang sangat buruk dan mencekam akhirnya ia mengungsi ke kodim selama 2 hari.
“Setelah kejadian saya ngungsi ke Polres, setelah beberapa hari disana saya berencana untuk kembali, ke sulawesi tapi pihak klinik Polres meminta saya standbay untuk sementara karena salah satu pegawainya akan pulang kampung.
“Kalau pihak klinik sudah memutuskan saya kerja, saya akan kembali, kalau masi dibutuhkan saua tetap di Wamena,” ujarnya.
Anastasia juga menejalskan kondisi Wamena Papua saat ini sudah tidak memanas, bahkan di Wamena sudah agak sepih, dikarenaka sudah ada ribuan warga yang memilih pulang, karena masalah yang terjadi.
“Saat ini warga di Wamena sendiri sudah menjalankan aktifitas seperti biasa, toko – toko sudah mulai dibuka kembali oleh warga,” ujarnya.
Anastasia juga meminta kepada masyarakat, agar jagan langsung percaya terkait pemberitaan atau konten di media sosial yang menyatakan Wamena masi dalam kondisi mencekam.
“Banyak berita hoax juga saya lihat sering dilempar ke medsos, pada hal Wamena sekarang sudah baikan,” jelasnya.
Meski jauh dari kampung halamannya, Anastasia merasa nyaman di Wamena, karena menurut dia seorang perawat, dimana pun tempat kerjanya ia harus terima.
“Saya juga disuruh pulang sama bapak saya, dan bapak saya juga sudah kirim ongkos pulang, cuman sementara saya cari tiket yang murah dulu, sambil tunggu keputusan dari pihak klinik,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan